Kamis, 04 November 2010

Melihat Kepadatan Penduduk DKI Jakarta

DKI Jakarta sebuah ibukota negara yang memiliki tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi. Jakarta menjadi tempat yang tidak layak menjadi ibukota negara karena mobilisasi di Jakarta sudah sangat terlalu padat dan membuat roda perekonomian menjadi pelan, tersendat dan banyak kerugian-kerugian secara finansial yang diderita oleh sektor-sektor perekonomian masyarakat. Kepadatan penduduk di Jakarta tidak lepas dari sentralisasi pembangunan di Indonesia, Jakarta menjadi sebuah icon kemapanan bagi masyarakat indonesia sehingga mendorong kaum urban untuk datang dan tinggal di Jakarta. Banyaknya urbanisasi ke Jakarta membuat Jakarta menjadi sebuah kota yang penuh sesak. Gambaran kepadatan DKI Jakarta dapat kita lihat dari bagan berikut:


Dari statistik berikut dapat kita lihat jumlah yang sangat fantastis dimana jumlah penduduk Jakarta melibihi jumlah lahan yang ada di Jakarta.




Pengembangan Tata Ruang kota Jakarta yang tidak memenuhi sarat sebuah kota besar (metropolitan). Pengembangan Ibukota DKI Jakarta seharusnya berinteraksi dengan kota-kota sekitar sebagai penunjang terbentuknya metropolitan atau megapolitan. Jumlah penduduk yang menghuni lahan di DKI Jakarta 8.525.109 (menurut tabel jumlah penduduk DKI Jakarta bulan Juli) dan tambahan masyarakat dari daerah pinggiran Jakarta membuat Jakarta sangat terasa sesak di pagi hari. Jumlah kepadatan penduduk Jakarta di siang hari ini terjadi karena tidak adanya kordinasi Tata Kota yang baik di Jakarta. Pemusatan sentral-sentral bisnis membuat Jakarta menjadi sesak. Banyak peneliti tata kota mengatakan Jakarta memiliki arogansi terlalu besar dalam mengelola sektor-sektor bisnis, padahal apabila terjadi perbaikan sistem tata kota Jakarta menjadi kota yang lebih menjanjikan investasi. Perbaikan sistem tata kota yang dimaksud oleh para peneliti tata kota ini lebih kepada sistem sentra-sentra seperti terminal, pasar induk dan perumahan rakyat. Jakarta sudah tidak layak memiliki terminal-terminal antar kota dan propinsi di dalam wilayahnya, karena bisa diwakilkan oleh daerah-daerah sekitar seperti tanggerang, banten, bekasi dan depok. Pembangunan infrastruktur perumahan yang layak serta sistem transportasi terpadu antar JABODETABEKJUR. Kita ambil contoh proyek Trans Jakarta yang hanya mencakupi lingkar dalam DKI Jakarta, andaikan saja kebijakan pengadaan bus Trans Jakarta yang dapat melayani JABODETABEKJUR dan sarana-sarana transportasi lain seperti subway atau moda-moda transportasi lainnya saling bahu membahu menciptakan kenyamanan dan kemudahan dalam mengakses seluruh daerah JABODETABEKJUR akan tercipta suatu tata kota yang jauh lebih rapih dari saat ini. Pembentukan kota-kota lain di luar wilayah Jakarta sebagai kota-kota kecil berkembang dan modern dapat membantu mengurangi kepadatan penduduk di DKI Jakarta.
Masalah kedua terbesar saat ini di kota Jakarta banyaknya penduduk yang menggunakan kendaraan bermotor di DKI Jakarta, menjadikan ruas-ruas jalan di Jakarta penuh sesak oleh kendaraan-kendaraan pribadi. Sistem bisnis yang diterapkan dalam sistem jual beli kendaraan bermotor di Jakarta itu sangatlah menjadi pengaruh besar mengapa Jakarta menjadi penuh sesak oleh kendaraan. Sistem kredit yang diterapkan dalam bisnis kendaraan bermotor di Jakarta menjadikan presentase jumlah kendaraan menaik tajam. Presentase yang lebih dari 10 persen tersebut tidak sepadan dengan persentase pelebaran jalan di DKI yang hanya 0 koma. Moda Transportasi yang tidak nyaman menjadi alasan utama banyak orang untuk beralih ke kendaraan pribadi. Alasan-alasan itu sepertinya tidak perlu terjadi jikalau masyarakat memiliki keprihatinan besar terhadap kotanya. Banyak cara untuk membuat Jakarta mempunyai moda transportasi yang layak, tetapi kita pun harus bisa menerima konsekuensinya. Salah satu contoh konkrit seperti yang dibahas sebelumnya, masalah Trans Jakarta. Moda transportasi murah ini menjadi tidak mampu menahan beban finansial pada saat harga tiket dan subsidi pemerintah tidak dapat memenuhi kuota untuk tetap bekerjanya Trans Jakarta. Kebijakan kenaikan tiket seharusnya tetap kita maklumi tetapi tetap kita awasi agar tetap pelayanan menjadi hal yang utama. Masyarakat seharusnya bisa menjadi kontrol agar DKI Jakarta bisa menjadi ibukota yang hebat. Jakarta harus melepaskan sikap egosentris dan sentralistiknya agar dapat membentuk dirinya sebagai megapolitan yang baik dan dapat dicontoh negara-negara lain di dunia. Teramat penting adanya peran serta masyarakat untuk mengusahakan terciptanya wujud baru dari ibukota negara Indonesia.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Keren sob

www.kiostiket.com

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 rikirikardo
Theme by Unknown